INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Perkembangan Tari Tunggal Kreasi Nonetnik Kawasan Setempat

Seni kontemporer Indonesia meminjam banyak imbas dari luar, menyerupai tari Ballet dan tari modern Barat. Pada tahun 1954, dua seniman dari Jogjakarta yaitu Bagong Kussudiarjo dan Wisnuwhardana merantau ke Amerika Serikat untuk berguru Ballet dan tari modern dengan banyak sekali sanggar tari disana.

Ketika kembali ke Indonesia pada tahun 1959 mereka membawa budaya berkesenian baru, yang pada kesannya mengubah arah, wajah dan pergerakan dan koreografi baru, mereka memperkenalkan gagasan seni tari sebagai ekspedisi langsung sang seniman ke dalam seni tari Indonesia.

Keindahan seni tar tradisional Indonesia juga banyak memengaruhi seni tari kontemporer di Indonesia, contohnya langgam tari jawa berupa proses dan perilaku badan serta keanggunan gerakan seringkali muncul dalam pergelaran seni tari kontemporer di Indonesia.

Kolaborasi Internasional juga dimungkinkan, contohnya kerja sama seni tari Jepang Noh dengan seni tari teater tradisional Jawa dan Bali.

Tari nonetnik atau lebih dikenal dengan nama tari kontemporer berasal dari kata "co" (bersama) dan "tempo" (waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer yaitu karya yang secara tematik mereflesikan situasi waktu yang sedang dilalui.

Dalam dunia seni di Indonesia istilah kontemporer muncul awal tahun 70-an, ketika Gregorius Sidharta memakai istilah kontemporer untuk menamai ekspo seni patung pada waktu itu.

Sementara itu perkembangan seni tari kontemporer ditandai dengan tersisihnya seni tari tradisional dai acara-acara televisi dan hanya ada di program yang bersifat upacara seremonial saja.


1. Peranan Tari Tunggal Nonetnik

Mengupas tari tunggal kreasi nonetnik kawasan setempat tidak terlepas dari jenis, tugas dan perkembangan jenis tari tunggal Nusantara yang tak terbilang jumlahnya. Demikian juga tugas hari tunggal Nusantara sangatlah beragam.

Perkembangan tari tunggal menyangkut ihwal riwayat terbentuk hingga wujud yang ada sekarang. Jenis tari tunggal nusantara terdapat dalam banyak sekali bentuk tarian yang terkadang sulit dipisahkan dalam tugas tertentu.

Dengan kata lain, sanggup terjadi satu tari berperan dalam banyak sekali keperluan, baik sosial, politik, agama, kepercayaan, maupun hiburan.
Tari tunggal kreasi nonetnik yang terdapat di Nusantara ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam masyarakat. 

Peranan tari tunggal kreasi nonetnik Nusantara sebagai berikut.

a. Jaipong

Jaipong yaitu sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya yaitu Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian diatas cukup mempunyai wangsit untuk membuatkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipong.

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul ada beberapa imbas yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan imbas dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran.

Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul.

b. Tari Wira Pertiwi

Tarian ini merupakan kreasi gres ciptaan Bagong Kussudiardjo yang menggambarkan sosok kepahlawanan seorang prajurit putri Jawa. Ketegasan, ketangkasan dan ketangguhan seorang prajurit tergambar dalam gerakan yang dinamis.

c. Sarana Pertunjukan

Tari pertunjukan yaitu sebuah tari yang menitikberatkan pada segi keindahannya bukan pada seni hiburannya. Sementara yang termasuk dalam tari pertunjukkan adalah. tari-tari rakyat, tari upacara, dan tari hiburan yang sudah digarap menjadi sebuah tari pertunjukan tentu saja dengan mengindahkan kaidah-kaidah keindahannya.

Tari Prawiroguno yaitu teladan tari selain sebagai hiburan juga pertunjukan. Tari Prawiroguno menggambarkan seorang prajurit yang sedang berlatih diri dengan perlengkapan senjata berupa pedang untuk menyerang musuh dan juga tameng sebagai alat untuk melindungi diri.

c. Sarana Upacara

Contoh tari untuk sarana upacara yaitu tari Ronggeng. Tari ronggeng gotong royong merupakan bab dari upacara untuk meminta kesuburan tanah. Upacara ini dilakukan supaya hasil pertanian warga melimpah ruah.

Pergeseran mulai terjadi di zaman kolonialis,. Sejak kurun kolonial Portugis hingga Belanda dan Jepang, Ronggeng dijadikan sebagai hiburan di kawasan perkebunan.

Tak hanya bagi pekerja perkebunan, Ronggeng merupakan hiburan bagi kaum penjajah ketika itu. alhasil, semenjak ketika itulah Ronggeng tak lagi sekedar sebagai ritual adat.

2. Akulturasi Tari Kreasi Nonetnik

Tari tunggal kreasi nonetnik sanggup tercipta melalui pengalaman dan juga perkembangan zaman. Namun, tentunya tidak terlepas dari unsur-unsur estetika tari dan akulturasi atau pencampuran dua budaya atau lebih.

Dalam penciptaan tari kreasi nonetnik, terdapat beberapa unsur yang mendukung proses penciptaan akulturasi, di antaranya yaitu penambahan unsur koreografi tari kawasan lain. Hal tersebut menjadikan terjadinya akulturasi budaya khususnya akulturasi seni tari.

Mari kita pelajari apa yang dilakukan penari Nusantara, Didik Nini Thowok, yang telah melanglangbuana ke beberapa negara untuk membuat tari kreasi nonetnik.

Berikut ini Tarian Jawa Jogjakarta akulturasi dengan Tarian Jepang.

a. Tari Jawa Gaya Jogjakarta dengan Tari Noh Jepang

Setelah mengalami penundaan pementasan Kala Kina Kini yang semula dijadwalkan 29-29 Oktober kesannya Didik Ninik Thowok menggelar program tersebut pada bulan Maret 2002. Dalam pementasan itu, Didik menampilkan koreografi tari yang bersumber dari tarian yang dahulu.

Karya tersebut merupakan hasil persentuhannya dengan budaya Jepang, yakni antara tari Jawa gaya Jogjakarta dengan Noh, drama tradisional Jepang.

Tari Noh merupakan jenis tari yang diiringi nyanyian atau musik tradisional dengan seluruh bab telapak kaki yang yang tidak pernah diangkat melainkan diseret-seret (suriashi), walaupun adakala ada juga gerakan menghentakkan kaki.

Gerakan tari sanggup dilakukan dengan berputar di dalam ruang gerak yang sempit atau seluruh panggung sebagai ruang gerak.

Selain itu, Didik mengaku akan menyuguhkan tiga karya terbarunya, menyerupai Bedhaya Hagoromo, tari Kipas, dan tari Panca-Muka Kolaborasi.

b. Tari Bedhaya Kolaborasi Legenda Jaka Tarub dan Hagoromo

Konsep garapan tari Bedhaya ini bersumber dari dua legenda yang hampir mirip, yaitu dongeng Jaka Tarub dan Nawangwulan dari sebuah legenda di Jawa yang sangat terkenal dengan Hagoromo yang berasal dari Noh Drama yaitu salah satu kesenian Jepang.

Dari kedua sumber yang hampir menyerupai itu maka timbullah ide koreografer untuk memadukan keduanya dalam sebuah garapan tari dengan format Bedhaya, maka terbentuk Bedhaya Kakung (Bedhaya yang ditarik oleh pria yang berperan sebagai penari wanita, yang sangat terkenal pada zaman Sri Sultan Hamengkubuwono ke VII dan VIII, dan pada waktu itu di Kraton Jogyakarta ada Abdi Dalem Bedhaya Kakung dan Abdi Dalem Bedhaya Putri).

c. Tari Kipas Kolaborasi dengan Tari Kipas dari Nihon Buyo

Gerakan tari kipas ini juga memadukan unsur tari kipas yang ada di Bali, Sumatra, Sulawesi dengan gerakan kipas dan Nihon Buyo (tari tradisional Jepang) ataupun Noh Drama. Lima penari dengan lima warna kostum yang berlainan menggambarkan lima elemen yaitu, angin, air, api, kayu, dan tanah.

Dalam komposisi tari Kipas ini menggambarkan penggunaan kipas secara simbolis, dengan mengungkapkan gerak dari kelima elemen tersebut, adapun kegunaan kipas untuk menggambarkan bermacam-macam ungkapan menyerupai keindahan kipas, senjata, tiruan sebuah benda atau bintang, dan lain-lain.

d. Tari Topeng (Jogjakarta) Sesuai Konteks Budaya Daerah Setempat (Bali)

Beberapa seniman tari yang berkolaborasi dalam sebuah garapan yang bersumber dari topeng Bonders di Bali, antara lain Alex Dea, Daruni, Ni Nyoman Sudewi, dan Didik Nini Thowok, akan mengekspresikan abjad topeng yang garapannya dalam format komedi.

e. Tari Panca-Muka Kolaborasi Unsur Tari Empat Negara

Tari Panca-Muka Kolaborasi menggambarkan lima wajah dengan abjad berbeda, yang memadukan unsur tari dari empat negara yaitu, Indonesia, Jepang, India, dan Cina.

3. Koreografi Tari Kreasi Nonetnik (Kontemporer)

Berikut beberapa tokoh koreografer tari kreasi terkenal yang telah banyak melahirkan karya-karya tari kreasi yang indah dan bernilai seni tinggi.

a. Didik Nini Thowok

Sepenggal kisah diatas menunjukkan kepada kita bahwa Didik Nini Thowok berupaya memperkaya khazanah tari Nusantara dengan membuat tari Kreasi Baru. Ia sendiri kemudian melahirkan karya-karya penuh humor menyerupai tari Dwimuka tahun 1987, tari Kuda Putih tahun 1987, tari Dwimuka Jepindo tahun 1999, tari Topeng Nopeng tahun 1988, tari Topeng Walang Kekek di tahun 1980, serta ratusan karya lainnya.

Karyanya yang masih sering ia bawakan hingga kini tari Dwimuka masih tetap mengundang decak kagum terhadap gerakan dan polah tingkah para tokoh yang dimainkan Didik di panggung. Tahun 1980 Didik mendirikan sanggar tari berjulukan Natya Lakshita yang artinya tari yang berciri.

b. Fitri Setyaningsih dari Solo. Karya tarinya yaitu "Jahitan Merah".

c. Kandhi Wirastuti dari Solo. Karya tarinya yaitu "Indit".

d. Ni Kadek Yulia Puspasari dari Solo. Karya tarinya yaitu "Glass of Milk, a Plate of ...".

e. Sherly Novalindari dari Padangpanjang. Karya tarinya yaitu "Tubuhku Butuh".

f. Ikha Ramadhani dari Padangpanjang. Karya tarinya yaitu "Simarewan jo Perempuan".

(g). Wening Iskandar dari Jakarta. Karya tarinya yaitu "Bertutur Berpijak".

(h). Gita Novita dari Jakarta. Karya tarinya yaitu "Dua dalam Satu".

(i). Ninin Tri Wahyuningsih dari Jogjakarta. Karya tainya yaitu "Mbel".

(j). Dian Putri Astuti dari Surabaya. Karya tarinya yaitu " Rasa".

(k). Sardono W. Kusumo

Sardono terkenal dengan jenis-jenis tariannya yang mencoba memakai penari dan lingkungan sebagai instrumen pernyataan tari. Dapat dikatakan bahwa Sardono paling jauh melangkah mencari bentuk-bentuk baru.

Dalam penghayatan tari, ia lebih menekankan pada proses gerakan daripada titik-titik hentinya berupa pose-pose.

(l). Hurijah Adam

Hurijah yaitu tokoh tari kreasi yang berasal dari Sumatra. Ia lebih menekankan pada kreasi musik-musiknya, terutama pada pencak Minang. Ia mencoba mendalami suasana musik pencak Minang.

Itulah perkembangan tari tunggal kawasan setempat, supaya artikel ini sanggup bermanfaat dan menambah wawasan anda. Setelah memahami perkembangan tari tunggal ada baiknya simak juga perkembangan tari kelompok.

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel