Agresi Militer Belanda 2 Dan Negosiasi Roem-Royen
Halo teman-teman kali ini aku akan menjelaskan perihal Agresi Militer Belanda 2 dan Perundingan Roem-Royen secara lengkap dan tepat, semoga ini dapat membantu teman-teman sebagai materi untuk pembelajaran. Yuk Langsung saja simak dibawah ini.
Agresi militer Belanda II juga menimbulkan reaksi keras dari dunia Internasional. Dari negara-negara Asia atas prakarsa Birma dan India, lalu diselenggarakan konferensi Asia di New Delhi untuk mendukung usaha Indonesia. Dari pihak PBB, menggantikan nama KTN menjadi UNCI yang lalu mengantarkan Indonesia-Belanda ke meja perundingan.
Agresi Militer Belanda 2 dan Terbentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Melihat situasi di dalam negeri Republik Indonesia yang sedang kacau akhir pemberontakan PKI di Madiun, Belanda bermaksud untuk menghancurkan Republik dengan kekuatan senjata. Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan strategi perang kilat Belanda melancarkan serangan di semua front di kawasan Republik Indonesia.
Serangan diawali dengan penerjunan pasukan payung di Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto), Yogyakarta. Dalam menghadapi Agresi Militer II ini Republik Indonesia telah mengambil langkah sebagai berikut.
Serangan diawali dengan penerjunan pasukan payung di Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto), Yogyakarta. Dalam menghadapi Agresi Militer II ini Republik Indonesia telah mengambil langkah sebagai berikut.
- Presiden dan wakil presiden serta pejabat tinggi lain tetap berada di ibu kota Yogyakarta biar gampang ditemui oleh KTN, meskipun mereka akan ditawan Belanda.
- Presiden menunjukkan mandat kepada Menteri Kemakmuran, Syafruddin Prawiranegara yang berada di Sumatra (Bukit tinggi) untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
- Apabila pembentukan PDRI di Sumatra gagal, diperintahkan kepada Mr. A.A. Maramis, LN. Palarm dan Dr. Sudarsono yang sedang berada di India, untuk membentuk Pemerintahan Darurat di India.
- TNI di bawah pimpinan Jenderal Soedirman pergi ke luar kota untuk melaksanakan perang gerilya.
Agresi militer Belanda II juga menimbulkan reaksi keras dari dunia Internasional. Dari negara-negara Asia atas prakarsa Birma dan India, lalu diselenggarakan konferensi Asia di New Delhi untuk mendukung usaha Indonesia. Dari pihak PBB, menggantikan nama KTN menjadi UNCI yang lalu mengantarkan Indonesia-Belanda ke meja perundingan.
Perundingan Roem-Royen
Atas prakarsa UNCI, tercapailah negosiasi Indonesia-Belanda di Jakarta di bawah pimpinan Merle Cochran, anggota UNCI dari Amerika Serikat. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan pihak Belanda diketuai oleh Dr. H. J. van Royen.
Perundingan dimulai tanggal 17 April dan berakhir 7 Mei 1949 dengan tercapainya "Roem-Royen Statement" atau persetujuan Roem-Royen.
Perundingan dimulai tanggal 17 April dan berakhir 7 Mei 1949 dengan tercapainya "Roem-Royen Statement" atau persetujuan Roem-Royen.
Nah itu lahSejarah perihal Agresi Militer Belanda 2 dan Perundingan Roem-Royen, semoga pembahasan ini dapat menambah wawasan dan membantu teman-teman untuk memudahkan pembelajaran.